Sebilah Rotan Memberi Penghidupan
SEUNTAI CERITA
Kabupaten Seruyan memiliki karakteristik wilayah dataran tinggi berupa perbukitan dan daerah dataran rendah berupa sungai, rawa, dan lahan gambut. Daerah dataran tinggi dengan ketinggian 460-1150 mdpl berada di bagian utara dan tengah. Sedangkan, bagian tengah ke selatan berupa dataran rendah dengan ketinggian 0-230 mdpl. Luas lahan gambut di Seruyan mencapai 2.882 hektare atau 12,34 persen dari total luas gambut di Kalimantan Tengah dengan kedalaman antara 50 – 300 cm. Sungai Seruyan (DAS Seruyan) merupakan sungai terbesar yang memiliki panjang 350 km, lebar 300 meter, dan kedalaman 6 meter.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu hamparan wilayah yang dibatasi oleh topografi (perbukitan) yang berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air hujan, sedimen, serta unsur hara melalui anak sungai dan bermuara pada satu titik. Kawasan DAS memiliki karakteristik sebagai daerah penghubung antara kawasan daratan yang umumnya berupa hutan di bagian hulu dengan daerah pesisir di bagian hilir.
Pada prinsipnya, pengelolaan dan pemanfaatan kawasan DAS merupakan upaya menjaga keseimbangan hubungan timbal balik antara manusia dengan alam. Sama halnya dengan masyarakat yang bermukim di pesisir DAS Seruyan yang lebih banyak memanfaatkan hasil hutan sebagai sumber penghidupan. Di tengah ruang hidup yang semakin menyempit dan hilang, sumber daya alam masih dimanfaatkan oleh masyarakat terutama komunitas perempuan sampai sekarang.

Secara turun temurun beberapa aktivitas lokal sudah dilakukan oleh perempuan, salah satunya adalah “Menganyam”.
Anyaman berbahan dasar “rotan atau bamban” yang sudah dilakukan oleh komunitas perempuan secara turun temurun sejak dahulu, mereka mengungkapkan bahwa diajarkan menganyam sejak usia dini. Didasari oleh keperluan berladang dan menangkap ikan secara tradisional yang banyak menggunakan alat dan tempat hasil anyaman.
Berladang dan mencari ikan menjadi sumber penghidupan utama yang memiliki hubungan erat dengan alam. Tidak hanya sebagai sumber penghasilan namun juga memiliki nilai sosial, pengetahuan, dan budaya yang terus berkembang.
Membuat alat tangkap ikan, tikar, lanjung atau lontong tempat padi, tempat menyimpan beras, dan alat-alat untuk berladang lainnya yang biasa diperlukan jika musim berladang tiba.
Dahulu, ketersedian bahan baku sangat melimpah. Bermukim di daerah pesisir sungai besar menjadi keuntungan tersendiri bagi perempuan, karena dengan mudah mendapatkan bahan baku untuk menganyam.
Namun, laju deforestasi setiap tahunnya terus meningkat mengakibatkan perempuan kesulitan untuk memperoleh bahan baku. Sementara, pemenuhan dan perlindungan hak kelola masyarakat atas wilayahnya semakin terbatas yang telah di alami perempuan saat ini.
Kegiatan menganyam merupakan bagian identitas budaya yang tidak pernah lepas dari kehidupan perempuan. Di tengah keterbatasan bahan baku dan hilangnya hutan, perempuan saat ini memperolehnya dengan cara membeli dengan harga Rp.2.500/kg untuk jenis rotan basah yang dulunya perempuan bisa secara gratis mengambilnya dari hutan.

Komunitas perempuan ini juga terpilih untuk mendapatkan pelatihan yang di fasilitasi oleh Pemerintah Daerah Seruyan. Menjadi harapan bahwa tidak hanya jenis anyaman tradisional saja yang bisa dibuat, tetapi juga motif anyaman kreatif yang bernilai tinggi seperti Tas Rotan.
Namun, pada kenyataannya angin segar ini tidak tampak begitu menguntungkan bagi perempuan, mengingat sedikitnya hutan yang tersisa saat ini tidak bisa menyediakan lebih banyak bahan baku yang dibutuhkan untuk dianyam oleh perempuan.

Teknik dan pengetahuan menganyam memiliki keistimewaan tersendiri bagi perempuan. Tidak hanya memanfaatkan hasil hutan tetapi dulunya mereka juga turut dalam menanam rotan sebagai bentuk pelestarian. Kehilangan terbesar perempuan adalah lenyapnya wewenang untuk dapat mengelola dan memanfaatkan seluruh tanah dan wilayahnya.
Perjuangan perempuan dalam mempertahankan hak hidup dan menjaga kelestarian alam terus saja dilakukan, meskipun tidak sepenuhnya di dukung oleh pihak pemerintah yang kerap menerbitkan peraturan-peraturan yang membelenggu perempuan. (PROGRESS)